Laman

Kamis, 03 April 2014

Fatwa Mulanasyaikh

Kumpulan Fatwa-Fatwa Tghk.M.Zainul Madjid

  Mudah-mudahan kamu bisa kompak utuh tidak bisa terkecoh dengan orang yang  tidak mengingat dirinya, orang tua dan gurunya dan tidak tergoda oleh antek-antek setan, keluarga setan, kuli setan dan mendapat taufiq hidayah masuk syurga bighoiri hisab. (Rabu 24 Maret 1996).


 Maulana Syaikh kini telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, Rabb Yang Maha Agung, Dzat Yang Maha Segalanya. Beliau ditutup usianya pada hari Selasa, 20 Jumadil Akhir 1418 H / 21 Oktober 1997 M. meninggalkan kesan mendalam bagi seantero warga Nahdlatul Wathan,  tidak saja di dalam negeri akan tetapi kepergian beliau juga tembus sampai ke Timur Tengah, negerinya para nabi dan rasul. Rasa hati yang pilu tidak bisa terbendung, air mata menetes membasahi pipi, Maulana telah meninggalkan kita semua, meninggalkan beribu-ribu hikmah yang tertanam di bumi Rinjani. Akankah akan terlupakan mutiara-mutiara berharga, akankah teralpakan zamrud-zamrud molek yang terpercik rata membekas indah di kening-kening para pemikir, di dahi-dahi para pejuang, di tangan-tangan para penyelam lautan  hikmah. Subhanallah, senyum beliau mengalir, jiwa beliau kokoh dan tegar. Pada cita-cita beliau ada jutaan asa setinggi Himalaya dan Rinjani. Pada murid-murid beliau tertanam hamparan benua-benua yang akan tumbuh subur menghijau, menaungi tanah-tanah kering, menyegarkan lahan-lahan kerontang. Lalu tumbuh bunga-bunga harum dikelilingi embun bersih berkilau. Semerbak di seluruh pelosok negeri. Kita komit menegakkan perjuangan ini.

Kala hayat beliau, nasehat-nasehat mengalir dengan lantunan yang indah dan menawan bagai tetesan air mengalir menyejukkan hati yang gersang, bagai semburan sinar mentari pagi menerangi jagat yang masih kelam. Membangkitkan semangat dikala hati sedang rapuh dan pilu. Dikala ribuan insan-insan lemah mengharap dorongan dan stimulan. Beliau bangkit mengangkat tangan, menyeru untuk maju di tengah-tengah pertempuran. Serentak. Allohu Akbar. Jubah putih bersih selalu menemani dihiasi surban khas indah menawan. Gagah, berani dan santun. Dengan lembut doa-doa beliau menyelimuti segala penjuru dan berharap kita semua kompak, utuh dan bersatu untuk menegakkan agama melalui Nahdlatul Wathan.

Harapan itu masih ada dan tidak boleh kandas, tidak harus ambruk dengan hantaman badai, dentuman peluru, sabetan keris atau pedang. Hanya dengan keteguhan, keutuhan dalam kebersamaan dan persatuan yang tidak boleh lepas dan terlupakan, kita akan terbentuk menjadi manusia yang mengalami prosentasi secara HDI ( Human Development Index ) atau disebut juga IPM ( Indeks Pembangunan Manusia ), manusia yang secara fisik dan ruh berkembang dengan ikatan-ikatan erat yang dibentuk para ulama’.

Saudara-saudaraku. Harapan-harapan beliau yang menyuruh warganya untuk kompak, utuh bersatu tidak pernah lepas dan tidak pernah dilupakan tatkala beliau mempunyai kesempatan baik  di majlis-majlis pengajian ataupun di tempat-tempat lain. Kalimat kompak, utuh, bersatulah terus didengungkan supaya menjadi perekat rasa kebersamaan yang beliau harapkan dari dunia sampai akhirat.

Sesungguhnya nilai beliau itu ada pada perbuatan baiknya, inovasi dan keunggulannya, pada ilmunya, pada kedermawanannya, pada kelembutan sikapnya, pada imannya, pada jihadnya, dalam sopan santunnya, dalam kemuliaannya dan sifat serta gelar yang baik-baik.

Dengan jemarinya yang lembut beliau menulis wasiat dalam Hizib Nahdlatul Wathan yang tercatat pada tanggal 23 Ramadhan 1376 H/23 Maret 1957 M. yang berbunyi :



اولادى الاوفياء.........وتلامذتى العقلاء

ان اكرمكم عندى.......انفعكم لنهضة الوطن

وان شركم عندى .......اضركم بنهضة الوطن

فصابروا ورابطوا وجاهدوا ثم جاهدوا فى سبيل نهضةالوطن لإعلاء كلمة الدين والوطن

تكون بحول الله تعلى من المجاهدين لدينه والبارين المخلصين فى السر والعلن.

 فتح الله علينا وعليكم ورزقنا واياكم والمحبين الحسنى وزيادة.

Anak-anakku yang setia  dan murid-muridku yang berakal.

" Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul Wathan, dan sejahat-jahat kamu di sisiku ialah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan".

Karena itu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga, berjuang/kemudian berjuanglah di jalan Nahdlatul Wathan untuk mempertinggi citra agama dan negara.

Niscaya kamu dengan kekuasaan Allah SWT tergolong pejuang agama, orang shaleh dan muhklis baik pada waktu sendirian maupun pada waktu bersama orang lain.

Semoga Allah membukakan pintu rahmat untuk kami dan kamu, dan semoga  Ia menganugerahi nikmat tambahan yang tiada taranya yaitu melihat zat-Nya dari dalam surga.



Kemudian dalam Wasiat Renungan Masa Maulana Syaikh menyebutkan pula :

" Wahai anakku kompak bersatu

   Jangan terpikat bujukan hantu

   Bersilat lidah setiap waktu

   Di balik udang batu di situ



" Bahwa iblis dua macamnya

   Yakni syaitan dan manusia

   Yang paling bahaya iblis kedua

   Karena lidahnya sangat berbisa



Maulana Syaikh mengharapkan kebersamaan sesama Islam, berjuang atas nama Allah tidak terpikat dengan bujukan syaitan yang nyata maupun tidak nyata


1.  Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

2.  Raja manusia.

3.  Sembahan manusia.

4.  Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

5.  Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.

6.  Dari (golongan) jin dan manusia.





Hilangnya kebersamaan tidak jarang menimbulkan malapetaka dan perpecahan. Kejayaan Islam di masa lalu begitu disegani dan ditakuti oleh dunia barat baik dari seni arsitekturnya, budaya, ilmu perang, ilmu politik dan kegagahberanian tentaranya, sangat termasyhur pada masa itu. Sebut saja pada zaman bani Umayyah, bani Abbasiyah dan masa-masa kejayaan Islam yang tidak lain kemegahan dan kegemilangan itu diraih dengan rasa patriotisme dan semangat kebersamaan. Namun apa yang terjadi pada era sekarang, Islam tertindas di mana-mana, Irak negerinya hancur porak-poranda, Palestina menjerit. Beribu-ribu ummat Islam dibantai oleh kaum kafir laknatullah, tetapi Islam belum menunjukkan kekompakan secara utuh bahwa Islam itu kuat, Islam itu mempunyai solidaritas, bahwa sesama Islam di manapun berada adalah saudara kita. Ketika saudara kita tertindas, kita harus merasakan penderitaannya dan berani berbuat untuk membantu sesama. Yang terjadi justru hanya ada di beberapa negara kecil saja  yang peduli dan berani menyuarakan keberanian, itupun  sangat jauh dari negeri-negeri Islam yang dilanda bencana.

            Mari kita wujudkan rasa kebersamaan untuk kejayaan Islam, negara dan bangsa kita. Ingatlah Allah berfirman dalam Surat  Yunus : 19 :


 Manusia dahulunya hanyalah satu umat, Kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu. ( Yunus 19 )



            Keberagaman makhluk di muka bumi bukanlah untuk dipertentangkan, akan tetapi sebagai wujud yang perlu dicerna untuk dipikirkan oleh kita bahwa kita adalah hamba yang memiliki kelebihan dari makhluk apapun. Perkhilafan pandangan bukan sebagai garis kebenaran mutlak untuk personal saja namun harus ada bukti yang mendukung bagaimana kadar keunggulan yang menunjang pendapat sesorang tersebut sehingga akan valid dan kuat keabsahan ide ataupun gagasan yang dituangkannya.

            Jika terjadi sebuah perbedaan, maka bukan harus diselesaikan dengan kekerasan, pengintimidasian,  ataupun  memblack list rival hingga menjatuhkannya. Tetapi yang sangat perlu, mari kita berfikir cerdas melalu kebijaksanaan berdasar keadilan, karena Allah sesungguhnya tidak menyukai perpecahan dan pembuat kerusakan, karena perpecahan hanya mengkacaukan peradaban di muka bumi. Bangsa Irak yang terkenal dengan keagungan dan kemegahannya pada masa-masa khalifah Abbasiyah harus tumbang karena hilangnya rasa persatuan dan kesatuan. Kerajaan Mongol yang tidak menyembah Allah mengapa mampu menumbangkan kekuatan Islam yang seharusnya jaya karena adanya kepercayaan bahwa Allah memberikan rahmat-Nya. Tapi sekali lagi kita mundur dan terbelakang karena Islam sudah hilang rasa persatuan dan kesatuannya.
Bangsa Barat sangat mudah memporak porandakan negeri-negeri Islam, meluluhlantakkan tempat-tempat ibadah dan menghancurkan tempat-tempat penting yang menjadi tempat perkumpulan Islam. Dan negara-negara Islam masih belum membuka selimut beranjak menuju oase, membersihkan muka supaya lebih jernih menatap " apa yang harus aku lakukan untuk agama Islam ".

Kumpulan Fatwa TGKH. Zainuddin Abdul Madjid

Kumpulan Fatwa-Fatwa Tgkh.M. Zainul Madjid

1.      Jangan sekali diantara kamu memecah belah anakku yang dua (23 Februari ’96).
Nama Rauhun dan Raihanun Maulana Syaikh ambil dari salah satu surat dalam 
Al-Qur'an yaitu Surat Al-Waqi'ah ayat ke-89.

Artinya : Maka dia memperoleh ketenteraman              dan rezki jannah kenikmatan. (Al-Waqi'ah : 89 )
Dua nama tersebut diharapkan oleh beliau benar-benar menjadi ketentraman dan pemerolehan rizki yang bermanfaat baik untuk keluarga, bangsa dan negara. Dua bunga yang tumbuh harum mewangi semerbak, yang harumnya mampu menyapu bau asap pekat negeri ini.
Pondok Pesantren Darun Nahdlatain NW Pancor dan Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani, dua pondok pesantren tempat beliau menanam benih yang melahirkan tunas-tunas baru dan berharap menjadi mercusuar di daerah Timur pulau Lombok  menjadi kapal untuk mengarungi lautan luas. Keduanya pula tidak boleh tergores atau terluka karena keduanya adalah bunga yang memberikan keharuman dan nakhoda yang mengantarkan hingga sampai pada tujuan.
Ketika kering melanda, ia rela menyiramkan air, ketika banjir datang ia rela menjadi yang terdepan untuk menghadang, ketika lapar dan haus menjelma, ia tiada berlagak buta. Keharmonisan dalam kebijakan, biarkan berbuah kenyamanan. Keakuran dan kebersamaan, tetapkan beriringan karena ia adalah satu untuk selalu menyatu meski beraneka rintangan tertumpuk berbatu.

Fhoto TGKH. Zainuddin Abdul Madjid


  Fhoto Kenangan Bapak Maulana Syaikh


 


 




                                                                                                                                                                                         






Thariqah Hizib Nahdlatul Wathan

THARIQAH HIZIB NAHDLATUL WATHAN 

A. Arti Thariqah dan Tujuan Pengamalannya
 
Secara etimologi tharqah berarti jalan menuju hakikat. Dengan kata lain mengamalan syari’at. Sehingga secara terminologi, Muhammad Anin al-Kurdi mengajukan tiga definisi, Yakni:
  • Megamalkan syari’at, melaksanakan seluruh ibadah dengan tekun dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah (menggampangkan) ibadah yang sesungguhnya tidak boleh di permudah.
  • Menjauhi larangan dan melaksanakan perintah Allah sesuai dengan kesanggupannya, baik perintah dan larangan tersebut bersifat jelas maupun tidak (batin).
  • Meninggalkan segala yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal yang mubah (yang mengandung fadhilah), menunaikan segala yang diwajibkan dan disunnatkan sesuai dengan kesanggupannya dibawah bimbingan seseorang mursyid dari sufi yang mencita-citakan suatu tujuan.

Thariqat sebagaimana yang berkembang dikalangan ahli tasawuf, ialah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya, tabi’in-tabi’in turun temurun sampai kepada guru-guru atau ulama-ulama yang sambung menyambung dan rantai berantai sampai pada masa kita ini.

Sementara menurut L. Massignon, seorang islamiisis yang pernah mengadakan penelitian terhadap ajaran tasauf di beberapa negara Islam, sebagaimana dikutip oleh Mahjuddin, memberikan dua macam pengertian thariqah. Pertama, thariqah diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut al-maqamat dan al-ahwal . Pengertian seperti ini menonjol pada paruh abad IX dan X Masehi. Kedua, thariqah diatrikan ssebagai sebuah perkumpulan yang didirikan menurut aturan-aturan yang ditetapkan oleh syeikh yang menganut suatu aliran thariqah tertentu. Dalam perkumpulan tersebut, seorang syeikh mengajarkan ilmu tasawuf menurut aliran thariqah yang dianutnya, kemudian diamalkan secara bersama-sama dengan murid-muridnya. Pengertian seperti ini menonjol setelah abad IX Masehi.
Adapun tujuan pengamalan thareqah, antara lain:
  1. Untuk mengadakan latihan jiwa (riyadhah) dan berjuang melawan hawa nafsu (mujahadah), membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji melalui perbaikan budi pekerti.
  2. Untuk menumbuhkan rasa dekat kepada Allah swt melalui wirid dan zikir yang dibarengi dengan tafakkur.
  3. Menumbuhkan perasaan takut kepada Allah sehingga timbul dalam diri seseorang untuk berusaha menghindari diri dari segala macam pengaruh duniawi yang dapat menyebabkan lalai kepada-Nya.
  4. Untuk mencari ridha Allah semata, sehingga ia mencapai suatu tingkatan (maqam) ma’rifat, yang dapat mengetahui segala rahasia Allah dan Rasul-Nya secara jelas.

B. Sejarah Lahirnya Thariqah Hizib Nahdlatul Wathan
 
Al-Gozali dan Ibn al-Arabi membagi empat tahap yang harus dimulai oleh seseorang yang menjalani ajaran tasawuf untuk mencapai tujuan yang dikenal sebagai al-saadah (kebahagiaan) atau al-insan al-kamil (manussia paripurna). Keempat tahapan itu, terdiri dari syari’at, thariqah, haqiqat, dan ma’rifat. Berkaitan dengan ini Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid mengatakan bahwa syari’at itu merupakan uraian, thariqah merupakan pelaksanaan, haqiqat merupakan keadaan dan ma’rifat merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Ia juga menganalogikan syari’at itu sebagai sebuah sampan (perahu), thariqah itu adalah lautan, haqiqat itu adalah mutiara. Orang tidak akan mendapatkan mutiara kecuali melewati lautan denggan menggunakan sampan.
Lebih lanjut dalam ajaran tasawufnya ia tidak memisahkan diametral antara fiqh dan tasawu. Dalam konteks ini ia sering mengungkapkan argumentasi dengan mengutip pandangan Anas Ibn Malik yang mengatakan:
“Barang siapa yang melaksanakan Fiqh saja tanpa dibarengi dengan pelaksanaan tasawuf, maka ia temasuk golongan orang-orang fasiq, dan barang siapa yang hanya melaksanakan tasawuf saja, tanpa melaksanakan fiqh, maka ia termasuk golongan orang-orang zindik, sementara barang siapa yang mengerjakan keduanya secara sinergis, maka ia termasuk orang-orang yang telaah mencapai drajat haqiqat”.
Berkaitan dengan ajaran untuk mensinerrgikan antara syariat dengan hhaqiqat di atas, ia menulis dalam bait-bait syairnya sebagai berikut:
Wahai anakku jamaah thariqat
Janganlah lupa pada syariat
Ingatlah selalu kandungan baiat
Mudahan selamat dunia akhirat
Banyak sekali membisikkan hakikat
Padahal mereka buta syariat
Sehingga awam banyak terpikat
Menjadi zindik menjadi sesat
Selanjutnya beranggkat dari pemikiran ini, ia ingin membentuk sebuah thariqat Nahdlatul Wathan sebagai media untuk mensinergikan aspek syariat dan thariqat sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Proses kelahiran Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan adalah ketika Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid menunaikan ibadah haji, saat ia tengah beribadah di Masjid Nabawi di Madinah, ia didatangi seorang yang kemudian diyakini sebagai Nabi Khidir as dan ia menyampaikan salam dari Nabi Ibrahim yang menyatakan, “bahwa Nahdlatul Wathan akan menjadi organisasi yang lengkap dan sempurna, apabila sudah memiliki thariqat.” Berdasarkan pengalaman spiritual ini, maka Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid mendirikan tariqat yang kemudian dinamakan dengan Tariqat Hizib Nahdlatul Wathan pada tahun 1964.
Penamaan thariqat ini dilatar belakangi oleh keinginan untuk melengkapi Hizib Nahdlatul Wathan, sehingga thariqat ini merupakan intisari sari Hizib Nahdlatul Wathan.
Disamping dari pengalaman spiritual diatas, kelahiran thariqat ini juga diilhami oleh maraknya aliran-aliran thariqat yang dianggap sesat, karena meninggalkan ajaran-ajaran syariat, seperti shalat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah lainnya.
Thariqat sesat ini olehnya disebut sebagai “thariqat syetan”, sebagaimana dikemukakan dalam syairnya:
Thariqat hizib harus berjalan
Bersama thariqat yang murni haluan
Membenteng syariat membentang iman
Menendang ajaran thariqat syetan
Selanjutnya keberadaan Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan ini juga sebagai respon terhadap praktek pengalaman thariqat-thariqat selama ini, seperti thariqat Qadariyah dan Naqsyabandiyah di lombok yang terkesan terlalu berat dan memiliki persyaratan yang begitu ketat. Apalagi jika ditambahkan dengan kewajiban ‘uzlah (mengasingkan diri) dari hiruk pikuk kehidupan dunia pada waktu tertentu. Sekalipun ‘uzlah ini juga tidak di larang dalam Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan, sehingga pada umumnya masyarkat merasa enggan untuk mengikutinya. Berdasarkan kondisi ini, maka Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid menyusun Thrariqat Hizib Nahdlatul Wathan secara ringkas dan praktis, tampa mengesampingkan makna esoteriknya (batinnya). Thariqat ini dapat diamalkan oleh setiap orang dalam kondisi apapun, baik pada waktu khusus, maupun pada waktu melaksanakan berbagai macam aktifitas keseharian.
Bacaan yang diamalkan dalam Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an, shalawat, do’a-do’a mu’tabar dari Rasulullah saw, para ulama dan auliya’. Prosesi ini tidak membutuhkan waktu yang panjang dibandingkan thariqat-thariqat yang lainnya.
Disamping bacaannya yang simpel, thariqat ini juga memiliki syarat san ketentuan yang ringan dan fleksibel bagi seseorang yang ingin mengamalkannya, sehingga thariqat ini dimungkinkan untuk diamalkan dan diataptasi dalam konteks modern, yang biasanya ditandai dengan sifat fleksibel, simpel dan efesieni. Oleh karena thariqat ini dapat merespon tuntunan masyarakat modern, maka thariqat ini juga dinamakan thariqat Akhir Zaman. Berkaitan dengan ini, ia mengisyaratkan dalam bait syairnya:
Thariqat Hizib thariqat terakhir
Dengan bisyarah “Al-Basyirunnadzir”
Kepada Bermi Al-Faqir Al-Haqir
Dan ditaukidkan oleh Al-Khidir
Di sisi lain terdapat sisi-sisi kesamaan antara Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan dengan konsepsi tasawuf modern yang dipelopori oleh Ibn Taimiyah. Menurut Nurkholis Majid, “Tasawuf modern adalah sebuah penghayatan keagamaan batini yang menghendaki hidup aktif dan terlibat dalam maslah-masalah kemasyarakatan”. Sesekali menyingkirkan diri (‘uzlah) mungkin ada baiknya, jika hal itu dilakukan untuk menyegarkan kembali wawasan dan meneruskan pandangan, yang kemudian dijadikan titik tolak dalam pelibatan diri dalam aktifitas yang lebih segar. Kelonggaran-kelonggaran dalam pengalaman Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan dimaksudkan agar orang dapat senantiasa melibatkan diri dalam berbagai tugas kemasyarakatan. Sedangkan tidak adanya ber’uzlah dalam Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan menandakan kebolehan untuk dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu. Dan ini berarti Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan, walaupun perlu ditelusuri lebih jauh lagi, tapi bisa dipandang sebagai thariqat modern.
Praktisnya cara pengamalan Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan, bisa dijadikan alternatif berthariqat dalam kehidupan modern dewasa ini. Dengan Thariqat Hizib Nahdlatul Watan, sekarang dapat melaksanakan tugas-tugas kesehariannya tanpa ketinggalan akan kepuasan rohaniahnya. Dan sebaliknya, seorang dapat hidup damai secara batiniah dalam suasana kedekatan kepada Allah SWT tanpa kehilangan atau terasing dari kehidupan dunia.
Kenyataan tersebut ternyata lebih menarik minat berbagai kalangan untuk menerima ijazah Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan, mulai dari petani, nelayan, pedagang, hingga kalangan profesional yang telah bersentuhan dengan teknonolgi modern. Ini adalah kesimpulan yang Abdul Aziz, seorang peneliti Litbang Depag RI yang mengatakan, bahwa Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan mampu menghilangkan perbedaan antara orang tradisional dengan orang modern dalam Islam.
Adapun syarat keanggotaan thariqat ini adalah sebagai berikut:
  1. Ketaatan kepada pimpinan (mursyid) thariqat, yaitu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, atau yang ditunjuknya.
  2. Mengamalkan Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan setiap selesai shalat lima waktu.
  3. Bersedia membantu perjuangan Nahdlatul Wathan
  4. Membayar uang shalawat.
Sementara ketentuan ijazah dan bai’at dalam penerimaan thariqat ini adalah merupakan “aqad” sebagai syarat sah mengamalkannya. Ijazah dan bai’at diberikan oleh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid sendiri, atau oleh wakilnya yang ditunjuk secara resmi, yaitu salah seorang muridnya yang bernama Haji Muksin Makbul.
Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan juga tidak mengenal hirarki kepemimpinan yang ketat. Namun demikian, Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid memberi izin kepada seorang muridnya yang paling dipercaya untuk mengijazahkan dan membai’at caloon anggota thariqat, yaitu Haji Muksin Makbul.
Selanjutnya dalam perkembangannya dewasa ini, Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan yang berada dibawah pimpinan Haji Muksin Makbul ini terus mengalami perkembangan di berbagai pelosok tanah air dan beberapa tenmpat di luar negri seiring dengan perkembangan Organisasi Nahdlatul Wathan, seperti di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, Sulawesi, Kalimantan, DKI Jakarta, Tanggerang, Bekasi, Bogor, Riau, Batam, Malaysia.

C. Proses Pengamalan Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan
 
Dalam proses pengamalan Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan ini dibagi pada empat macam pengamalan. Prosesi ini diawali dengan pembacaan surah al-Fatihah tiga kali, sebagaimana dalam pengamalan Hizib Nahdlatul Wathan, yaitu surah al-Fatihah pertama, kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat dan para Nabi dan Rasul. Kedua, kepada Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, keluarga dan para pendukungnya. Dan ketiga, kepada seluruh para ulama dan para aulia’, kepada kedua orang tua, para guru dan seluruh kaum muslimin dan muslimat.
Adapun empat macam pengamalan Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan yang dimaksud, adalah sebagai berikut:
1. Wadzifah al-Rawatib, dibaca setiap selesai shalat lima waktu
2. Wirdu al-Rabithah, dibaca ketika menjelang waktu maghrib
3. Wadzifah al-Yaumiyah, dibaca satu kali setiap hari
4. Wadzifah al-Usbu,iyah, dibaca sekali dalam seminggu.

Makna Bulan Bintang Bersinar Lima

MAKNA BULAN BINTANG BERSINAR LIMA

“ Makna Simbolik Dalam Perspektif Kesejarahan “

 
Falsafah Lambang Organisasi Nahdlatul Wathan adalah :Bulan melambangkan Islam, Bintang melambangkan Iman dan Taqwa, Sinar Lima melambangbkan Rukun Islam, Warna gambang dan tulisan putih melambangkan  Ikhlas dan Istiqomah, Warna dasar hijau melambangkan Selamat Bahagia Dunia Akhirat.
 
Secara normatif, simbol seringkali diartikan sebatas penghias  seperti bendera atau vigura dalam sebuah organisasi.  Nyaris  tidak gali filosofi dan makna kesejarahan dibalik simbol tersebut. Padahal betapa sebuah simbol akan sangat bermakna ketika kita mau melihat sekilas sejarah bagaimana simbol itu dibuat. Dengan demikian, sangatlah tepat dan cerdas bila simbol Bulan Bintang Bersinar Lima dipahami sebagai sebuah nilai kesejarahan yang berkaitan dengan  agama dan negara bahkan lebih dari hal tersebut sebagaimana akan dijelaskan berikut ini.

Dalam  konteks sejarah peradaban global misalnya, simbol Bulan Bintang Bersinar Lima, pertama kali digunakan oleh kesultanan Turki Utsmani tahun 1517-1923 M sekitar pertengahan abad ke sepuluh. Dalam dekade yang sama  Turki Utsmani berhasil menaklukkan konstantinopel yang beribukota Romawi di bawah kekaisaran Bizantium, sebuah negara adidaya pada zamannya. Keberhasilan Turki Utsmani dalam menaklukkan kota Romawi tidak terlepas dari janji Rasulullah SAW, bahwa kota tersebut memang milik umat Islam.
Kota Romawi ditaklukan oleh Sultan Mahmud II atau lebih popular dengan nama Sultan Muhammad Al Fatih dan di kala itu Kekaisaran Bizantium menetapkan Kristen sebagai agama resmi negara dengan lambang bulan bintang sebagai simbol negara. Setelah Turki Utsmani resmi berkuasa dalam menjalankan kebijakan negara, simbol tersebut tetap di pertahankan dan secara konstitusional akhirnya menjadi lambang negara dengan ibukota Istambul.
Sebelumnya, bendera Turki Utsmani hanya berbentuk segitiga sama kaki dengan garis sisi kakinya melengkung, berwarna merah. Setelah penaklukan konstantinopel, di tengah bendera itu ditambahi gambar bulan dan bintang berwarna putih. Pada tahun 1844, bentuk bendera tersebut disempunakan  lagi hingga menjadi segi empat. Kemudian pada tahun 1922 kembali mengalami modifikasi yang selanjutnya  di tahun 1936 ditetapkan dalam konstitusi.
Setelah runtuhnya turki utsmani, lambang tersebut tetap menjadi bendera resmi Turki Modern, hanya saja ada perbedaan yang cukup significant yaitu bintang dan bulan sabitnya dibuat agak langsing dan tidak terlalu tebal. Sejak itulah bendera bulan sabit menjadi bendera resmi umat Islam dengan kekuasaan territorial yang luas. Dengan demikian menjadi sangat wajar  jika lambang itu begitu melekat di hati ummat Islam diseluruh belahan dunia.
Kenapa NW Menggunakan Simbol Bulan Bintang Tersebut?
Sehubungan dengan sejarah itu, pendiri NWDI, NBDI, dan NW (TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Al-Masyhur) yang seorang ulama bervisi global, yang sangat memahami dan menghargai arti sejarah mengabadikan elan kejuangan tersebut. Karena sejarah merupalkan cerminan masa lalu untuk menghadapi masa yang akan datang. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi berdasarkan fakta dan bukti nyata. Oleh karena itu, setelah beliau menamatkan studinya di madrasah Ash-Shaulatiyah makkah atas perintah mahagurunya yang sangat dicintai dan disayangi, yaitu Maulana Syeikh Hasan Muhammad Al-Masysyath beliau kembali ke Indonesia, mendirikan Pesantrean Al-Mujahidin selanjutnya Madrasah NWDI dan NBDI, kemudian menyatukannya dalam sebuah Organisasi Nahdlatul Wathan. Semua lembaga yang bernaung dibawah Organisasi Nahdlatul Wathan diberi simbol “Bulan Bintang Bersinar Lima”.
Adapun arti dan Falsafah Lambang Organisasi Nahdlatul Wathan adalah :Bulan melambangkan Islam, Bintang melambangkan Iman dan Taqwa, Sinar Lima melambangbkan Rukun Islam, Warna gambang dan tulisan putih melambangkan  Ikhlas dan Istiqomah, Warna dasar hijau melambangkan Selamat Bahagia Dunia Akhirat.
Untuk melanjutkan gerak Nahdlatul Wathan ke depan, beliau sangat mendambakan munculnya Bintang-Bintang Nahdlatul Wathan. yang memiliki potensi dan militansi tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun dari segi bobot keilmuan. Cita-cita beliau, dituangkan dalam salah satu bait Hizib. “Dan Sinarilah Negara Kami Dengan Bintang–Bintang Nahdlatul Wathan “.
Untuk menjadi seorang bintang yang cemerlang, yang popular yang dibutuhkan dan dicintai oleh lingkungan.
  1. Kualitas sinarnya, kecemerlngannya itu yang membuatnya tampak jelas dan menonjol diantara orang lain/organisasi lain.
  2. Daya tariknya yaitu janji akan keuntungan bagi orang lain.
  3. Dampaknya, bila anda menghasilkan, anda akan dilindungi oleh mereka yang diuntungkan dan disanjung , dicintai dan disayangi oleh yang ingin diuntungkan.
  4. Hormatnya, karena anda yang memiliki pribadi dan akhlak yang pantas dihormati.
  5. Menghasilkan banyak karya (banyak berbuat untuk orang lain).
  6. Selalu karyanya ingin menjadi besar (bercita–cita besar).
  7. Tindakannya, tepat waktunya (mematuhinya).
  8. Tidak menunggu tetapi harus menjadi orang yang pertama memulai
  9. Anda harus memiliki mental yang kuat seperti batu karang yang hidup dalam laut.
Semoga penjelasan singkat tersebut, mampu menambah wawasan kita tentang makna filosofis dan kesejarahan bulan bintang yang menjadi simbol organisasi yang sama-sama kita cintai ini. Wallahu A’lam Bis Shawab! (SinarLIMA)

Filosofi NW

MAKNA FILOSOFIS NAHDLATUL WATHAN

   Catatan Maulana Syaikh Muhammad Hasan al-Massyath tentang penamaan organisasi yang diusulkan oleh TGH.Muhammad Zainuddin AM dengan nama, Nahdlat al-Din  al-Islam li al-Wathan atau Nahdlat al-Islam li al-Wathan.dapat dijadikan pijakan bahwa relasi antara agama dan negara dalam konteks ini bersifat integral dan simbiosis mutualisme. Artinya, negara sebagai sebuah institusi memerlukan agama sebagai basis moral untuk menegakkan berdirinya suatu institusi negara. Sementara agama tidak akan berfungsi maksimal tanpa ada dukungan dari negara. Jadi agama mengisi preferensi nilai-nilai normatif dari sebuah negara.
            Organsasi Nahdlatul Wathan secara embrional berasal dari Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyyah (NWDI) dan Madrasah Nadlatul Banat Diniyyah Islamiyyah (NBDI) didirikan dalam suasana dan kondisi sosio-historis yang heroik, baik dalam konteks penegakan agama Islam maupun kebangsaan. Kelahiran organisasi tersebut sekaligus memberi respon terhadap konteks sosio-historis masyarakat pada masa itu. Heroisme dalam aspek penegakan agama Islam tercermin dari upaya yang secara simultan diikuti dengan keyakinan dan keikhlasan untuk memperbaiki pemahaman dan cara keberagamaan. Tujuannya jelas, yakni agar nilai-nilai, praktek, dan budaya Islam dapat dihayati dan diamalkan dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan heroisme dalam aspek kebangsaan terrefleksikan dari upaya pembebasan masyarakat dari kebodohan dan ketertindasan melalui pendidikan sebagai bekal untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
            Atas dasar inilah, maka orientasi Nahdlatul Wathan  bertumpu pada upaya-upaya untuk memadukan dan mensinergikan antaraagama dan negara. Menurut TGH. Muhammad Zainuddin AM, penyebutan istilah Nahdltul Wathan mengandung dua makna filosofis sekaligus, yakni membangun negara dan agama. Artinya bahwa agama dan negara diposisikan sama dalam satu tarikan nafas, yakni membangun agama berarti membangun negara, begitu juga sebaliknya.
            Namun untuk dapat mencapai makna filosofis ini, paling tidak terdapat lima kesadaran yang direfleksikan dari kata Nahdlatul Wathan, yaitu, 1) Wa’yu al-Dîn yaitu kesadaran beragama, 2).Wa’yu al-Ilmi, yaitu kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan, 3) Wa’yu al-Nidham, yaitu, kesadaran berorganisasi, 4),Wa’yu al-Ijtima’, yaitu, kesadaran sosial kemasyarakatan, dan 5),Wa’yu al-Wathan, yaitu kesadaran berbangsa dan bernegara.